Kamis, 18 Juni 2015

Syayma, Sebuah Mahkota Untuk Orangtuanya

Saat masih duduk di kelas XII, dia punya mimpi yang -mungkin- hanya bisa menjadi bahan tertawaan: menghafal Al-qur’an satu juz sehari. Bermodal doa, keyakinan, dan kerelaan untuk melakukan perubahan ekstrem: tidur setengah jam sehari! Dia membuktikan bahwa tak ada yang mustahil jika Allah mengizinkan hal itu terjadi. Dia mengantongi sertifikat hafidzah sebelum ijazah SMA dia terima.
Kini, mahasiswi Fakultas Kedokteran semester 6 ini adalah juragan kerudung dengan omset 15-20 juta per bulan. Infaq rutin yang dia keluarkan setiap bulannya berada pada angka tiga juta! Bukan hanya itu, dia adalah satu diantara 43 penerima beasiswa aktivis nusantara dari seluruh indonesia. Kini, dengan segala aktivitas dan pencapaiannya, dia masih sempat menjadi Wakil Ketua Umum sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat kampus.
Mau tahu bagaimana ADK (Aktivis Dakwah Kampus) yang baru saja menginjak 21 tahun tepat sembilan hari yang lalu ini mendapatkan berbagai pencapaiannya di usia semuda itu?
Yuk mari, belajar banyak dari seorang ADK luar biasa bernama Syayma Karimah.
Berawal dari menjadi bahan tertawaan sampai ke jajaran penghafal Al-Qur’an
Sepertinya akan seru kalau kita memulai kisah keberhasilan Syayma ini dari perjuangan dia menjadi seorang hafidzah. Bagaimana dia memulai segalanya?
Ceritanya, Syayma dulu menghabiskan masa SMP di sebuah boarding school, dimana di sekolah tersebut ada program untuk menambah hafalan Al-Qur’an. Target hafalan yang biasanya diselesaikan oleh para siswa disana adalah 3 juz.
Namun karena tidak semua murid mempunyai kemampuan yang sama dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an, maka dibuatlah pembagian kelompok. Ada tiga kelompok saat itu, yakni kelompok tahsin, tahfizh reguler dan takhossus.
Kelompok tahsin adalah kelompok dengan grade paling bawah, yang mana anak-anak di kelompok tersebut harus mendapat bimbingan ekstra karena bacaannya masih perlu diperbaiki. Anak-anak yang yang masuk di dalam kelompok tahfizh reguler adalah mereka yang menghafal 5 baris sehari, dan anak-anak yag berada pada kelompok takhossus adalah mereka yang menghafal satu halaman per hari.
Anda tahu, calon bu dokter ini masuk ke kelompok mana?
Syayma, dia masuk ke kelas tahsin! Grade paling rendah dari tiga grade yang ada saat itu. Tapi bukan Syayma namanya kalau nggak ngeyelan. Dengan Pede nya, dia menuliskan di sebuah kertas bahwa dia akan masuk ke kelompok takhossus. Bukan cuma itu, dia menarget dirinya sendiri untuk bisa menyetor hafalan satu halaman per hari  (nggak tahu diri banget ya, padahal cuma masuk kelompok tahsin, udah lagak jadi anak takhossus. Hehe). Praktis, dia menjadi bahan tertawaan bagi beberapa rekannya yang lain.
Dengan doa dan keyakinan yang tinggi, impian Syayma terwujud! Dia berhasil masuk ke kelompok takhossus dan lulus SMP dengan mengantongi hafalan 7 juz. Hebat ya.
Selepas dari SMP, Syayma melanjutkan ke SMA di yayasan yang sama, SMAIT Al Kahfi. Sewaktu di SMA, semangatnya justru menurun. Apa sebab? Jadi selama di SMP, dia terbiasa menghafal bersama rekan-rekannya. Tapi begitu masuk SMA, rekan-rekan yang selama ini menadi partner menghafalnya ini ternyata pindah sekolah. Ditambah persaingan menghafal yang tidak se-ketat di SMP, Syayma kini berada di titik terjenuh dalam perjalanannya menghafal Al-Qur’an. Seolah-olah semangat dan modal “nggak tahu diri” nya yang dulu dia miliki kini menghilang begitu saja.
Di tengah-tengah spiritnya yang semakin kendur itu, Syayma teringat akan orang tuanya. Hanya satu yang dia fikirkan saat itu: dia ingin memakaikan jubah dan mahkota kemuliaan untuk orangtuanya di syurga. Fikiran itu muncul di kelas XII, sebuah masa –yang kita ingat sendiri- apa yang kita lakukan di saat-saat itu. Belajar, ujian, belajar, ujian lagi! Itu saja aktivitas rutin anak-anak kelas XII. Iya kan?
Maka sekali lagi, inilah hebatnya Syayma. Saat yang lain berfikir “gimana caranya memaksimalkan waktu agar bisa lulus ujian dengan nilai terbaik?” Syayma justru berfikir “gimana caranya di sisa waktu ini bisa menyelesaikan hafalan Al-Qur’an”.
Lantas apa yang dia lakukan?
Saat saya menulis biografi tentang diriya ini, berkali-kali dia menekankan agar tidak mencantumkan kejadian ini. Dia tidak ingin orang lain menganggap dia sebagai robot atau manusia super yang bisa melakukan hal-hal mustahil. Tapi saya katakan kepada dia, cerita ini harus ditulis, agar orang-orang di luar sana mengerti bahwa tidak ada yang mustahil selama kita mau dan Allah mengizinkan. Maka, jangan anggap Syayma manusia super ya. Nanti saya yang kena marah. Hehe.
So, what did Syayma do?
Dengan keterbatasan waktu yang dia punya (karena mendekati ujian nasional), dia merencakana sesuatu yang -mungkin- mustahil untuk dilakukan. Syayma menghafal satu juz perhari! Sekali lagi, satu juz perhari! Caranya? Dia menghafal mulai dari ba’da maghrib sampai jam setengah 12 malam, lalu dia tidur setengah jam, bangun lagi, dan menghafal sampai subuh.
Ba’da subuh dia setoran setengah juz. Di waktu dhuhur dia memuroja’ah (mengulang) hafalannya. Ba’da isya, dia setor lagi setengah juz. Jadi praktis satu hari, dia bisa setor hafalan satu juz, dengan konsekuensi, dia harus tidur setengah jam sehari!
Ini hebat, sobat muda @FsdkIndonesia.. Mengingat dia juga harus fokus dengan ujian-ujian yang akan dia hadapi. Belum lagi, dia juga harus bertarung untuk memperebutkan satu kursi di perguruan tinggi negeri.
Bagaimana dia bisa seyakin itu untuk memilih menyelesaikan hafalannya daripada berfokus kepada ujian seperti kebanyakan orang?
Kata dia “aku yakin Allah nggak akan menyia-nyiakan semua ini, mas. Dan alhamdulillah, dengan segala kekuasaan yang Dia miliki, setelah masa perjuangan itu selesai dan setifikat hafidzah itu aku pegang, Allah mengistirahatkanku dengan menempatkan aku di Fakultas Kedokteran UNS melalui jalur SNMPTN Undangan”
Hebat ya, sobat muda @FsdkIndonesia.. Ini bocah emang bener-bener keren.
Sekarang mari berbincang tentang bagaimana Syayma mengatur waktunya.
Dengan segala kesibukan di kedokteran, bagaimana Syayma mengatur produktivitas waktunya? (Sekedar informasi, waktu jaman saya masih jadi mahasiswa dulu, beberapa kali kita anak-anak FK ini berangkat ke kampus sebelum jam 5 pagi. Jadi waktu yang lain berangkat ke masjid pakai sarung, kita berangkat ke kampus dengan pakaian lengkap dari kemeja tanpa dasi sampai kaos kaki. Hehe).
Saat ditanya tentang bagaimana dia mengatur waktu, mengingat dia juga adalah Wakil Ketua Umum sebuah UKM tingakt univ (UKM Ilmu Qur’an), Syayma mengatakan “Kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. Jadi kita harus menutup keran-keran yang bocor dari waktu-waktu yang terbuang itu. Kalo selama ini aku mengaturnya dengan mengurangi waktu tidur aku. Biasanya aku tidur jam 11, dan bangun jam 1 atau 2. Nah kuncinya harus seneng ngelakuin semua yang kita lakuin. Kan hidup cuman sekali, kalo sesuatu yang kita lakuin terpaksa, ya rugi banget hidupnya. Nah tapi kalo kita kita menikmati perjuangan kita, capek yang seharusnya kita terima pun menjadi tidak terasa.”
Dia kemudian menambahkan sedikit cerita inspiratif. Jadi, Syayma ini kenal dengan seorang dosen dari FMIPA UNS. Beliau adalah doktor yang lulus dengan predikat cumlaude, menjadi ketua salah satu lembaga sosial terbesar di Solo, dan mempunyai kesibukan yang benar-benar padat luar biasa. Beliau belum menjadi seorang hafidz, tapi beliu pernah mengatakan hal ini ke Syayma “ Mbak Syayma tolong doain saya ya, sampai hari ini masih berusaha menjadi seorang hafidz qur’an, saya setiap hari menghafal satu ayat.”
Pesan dari Syayma adalah “Jadi, kita yang cuman jadi mahasiswa doang, belom ada tanggung jawab keluarga, masih muda, harusnya ngga ada alasan buat kita ngga ngehafal qur’an. Jadi sekarang ataupun nanti, kita harus tetap berusaha menjadi peghafal Al-Qur’an”.
Ckckck.. Hebat yak!
Menjadi juragan kerudung
Titik awal dari torehan Syayma yang satu ini terjadi saat ummi-nya terkena stroke. Dia melihat betapa sang Abi harus mengeluarkan banyak uang biaya pengobatan. Maka saat itu juga, dia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa: Nggak boleh lagi ngrepotin Abi! Walau sebenarnya, Syayma ini bukan berasal dari keluarga yang tidak mampu. Kakak kandungya saja, Mas Marwan Hadid, beliau adalah CEO Sop Durian yang kini memiliki ratusan outlet di seluruh indonesia. Omsetnya? Miliaran! Jadi, Syayma ini adalah adik seorang miliarder. Ayah Syayma? Beliau seorang anggota dewan!
Ketika saya tanya, alasan apa lagi yang membuat dia tergerak menjadi seorang entrepreneur, kata dia “Hm.. selain karena kebutuhan pengobatan Ummi, aku sering lihat tumpukan proposal permintaan bantuan di meja nya Abi. Nah daripada duitnya Abi buat aku, mending buat dikasih ke orang-orang yang ngajuin proposal-proposal itu aja.”
Maka setelah itu, dia memutuskan menjadi juragan kerudung (merek kerudungnya “Afra”, Red. Tapi ini sensor ya. Di situs resmi tidak boleh ada iklan. Hehe.). Syayma ini menjadi reseller di surakarta. Ketika ditanya mengapa memilih kerudung, sebuah jawaban cerdas mengalir dari mulutnya “Karena kerudung itu kebutuhan primer setiap muslimah, Mas.”
Dengan bisnis yang dikelolanya saat ini, Syayma bisa memperoleh omzet hingga 15-20 juta per bulan. Hebatnya lagi, infaq yang dia keluarkan per bulan menembus angka 3 juta! Bayangkan, untuk ukuran mahasiswi semester enam, bukankah itu jumlah yang luar biasa?
Jadi bagian dari Beasiswa Aktivis Nusantara!
Sebelum bercerita tentang Syayma, sedikit saya ceritakan tentang Beasiswa Aktivis Nusantara, atau kami biasa menyebutnya BAKTINUSA. Ini adalah porogram dari divisi pendidikan Dompet Dhuafa yang memberikan beasiswa kepada 7 kampus (UI, UNS, ITB, UNPAD, UGM, UNSRI, IPB). Dimana dengan seleksi yang sangat-sangat ketat, dipilih beberapa aktivis dari kampus masing-masing untuk mendapat beasiswa selama dua tahun. Meliputi uang bulanan 800 ribu perbulan selama satu tahun, pendampingan karier pasca kampus, proyek sosial, training value, temu nasional, dan sekian banyak program lainnya. Beasiswa ini merupakan salah satu beasiswa paling bergengsi di kalangan mahasiswa diantara beberapa beasiswa lainnya.
Dan sekali lagi, Syayma membutikan kapasitasnya dengan menjadi salah satu diantara para penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara. Saat ditanya bagaimana proses seleksi dan persiapannya, dia mengatakan bahwa awalnya dia minder, tapi kemudian dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa setiap orang pasti punya potensi dan keunikan yang bisa membuat orang lain tertarik dengannya. Nah, potensi dan keunikan itu yang harus dimaksimalkan dan kita buktikan kepada dunia bahwa kita memang istimewa sejak dari awalnya!
Mungkin tulisan ini tidak bisa mewakili semua pencapaian dan sepak terjang seorang Syayma, namun semoga saja tulisan kecil ini bisa memberikan kita inspirasi dan meneguhkan kedudukan kita bahwa sampai kapanpun, orang-orang yang dekat dengan Allah itu adalah manusia terbaik yang siap menjadi permata untuk zamannya. Maka sudah seharusnya, para Aktivis Dakwah Kampus itu menjadi permata yang menghiasi zamannya. Karena itulah takdir milik kita yang harus kita songsong bersama-sama!
Terkahir, ada pesan nih dari seorang Syayma buat kita-kita…
“Hidup kita cuman sekali, kalo misalkan segala inspirasi yang kita hasilkan itu tidak menjadi bagian dari ketaatan kita kepada Allah, itu percuma. Kan perintah kita hidup di dunia ini untuk bertaqwa dan beribadah pada Allah. Pemuda itu ibarat matahari tepat jam 12, paling kuat sinarnya. Maka berikan sinar itu untuk saudaramu, tapi kamu juga harus memastikan bahwa kamu tetap kokoh. Tetap dekat dengan Allah dan tetaplah menjadi isnpirasi untuk yang lainnya.”
Referensi:


Tugas Tulisan Relative Clause

Adjective Clause dinamakan juga RELATIVE CLAUSE yaitu dependent Clause (anak kalimat) yang digunakan/berfungsi sebagai adjective yang menerangkan keadaan noun atau pronoun. Untuk lebih jelasnya penjelasan mengenai Adjective Clause, perhatikan penjelasan di bawah ini: 

I have read the book (that) you just mentioned.
Main Clause: I have read the book.
Subordinate Clause: (that) you just mentioned. 
Anak kalimat menerangkan kata benda the book, disebut dengan Adjective Clause 
The lesson (that) she is learning is very difficult.
Main Clause: The lesson is very difficult.
Subordinate Clause: (that) she is learning. 
Berdasarkan pada the Antecedent yang ditunjuk oleh introductory words (kata-kata pendahulunya), Adjective Clause dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu: 

I. RELATIVE PRONOUN

Relative Pronoun adalah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan kata yang bermakna sama dalam kesatuan makna. Fungsi utama dari Relative Pronoun adalah untuk menyederhanakan 2 (dua) kalimat yang di dalamnya memiliki 2(dua) komponen kalimat yang sama. Relative Pronoun terdiri atas:

1) Kata Ganti Untuk Orang: yaitu kata ganti yang berfungsi untuk menggantikan orang pada kalimat ke dua yang memiliki makna dengan kalimat sebelumnya. yang berfungsi sebagai:

(a) Subjek. Yaitu kata penghubung (who) yang menggantikan subjek pada kalimat kedua yang memiliki kesamaan fungsi dengan kalimat pertama. Kata Penghubung yang digunakan adalah: Who

Mary paid the money to the man who had done the work. (Mary membayar upah laki-laki yang telah menyelesaikan pekerjaannya) Kalimat asal dari klausa ini adalah
·         Mary paid the money to the man. (Mary membayar upah laki-laki itu) 
·         He had done the work. (Dia telah menyelesaikan pekerjaannya) 
Pada klausa di atas dapat kita lihat bahwa "He" yang berfungsi sebagai subjek kalimat dan merupakan kata ganti dari "the man" pada kalimat yang sama. Bila kita ingin membuat kalimat dengan "Mary paid the money to the man. He had done the work." ini tidak salah, namun pada dasarnya kita dapat menyederhanakan kedua kalimat ini menjadi 1 (satu) klausa menjadi "Mary paid the money to the man who had done the work." Perhatikan contoh lainnya berikut ini: 
The boy is called Bob. He gave me a present. Kedua independent clause tersebut disederhanakan menjadi
·         The boy who gave me a present is called Bob. atau 
·         The boy who is called Bob gave me a present. 
Anda dapat menggabungkan kedua kalimat dengan cara apa saja, yang penting makna kalimatnya tidak berbeda dari makna kalimat yang sebenarnya.

(b) Objek Kata Kerja. Yaitu kata penghubung (whom) yang menggantikan objek kata kerja pada kalimat kedua yang memiliki kesamaan fungsi dengan kalimat pertama. Kata penghubung yang digunakan adalah whom, atau dihilangkan sama sekali. Ciri yang paling menonjol pada fungsi ini adalah whom + Subjek
He paid the man whom/that he had hired.  (Dia membayar laki-laki yang telah dia sewa) berasal dari 2 independent clause berupa:
·         He paid the man. 
·         He had hired him. 
Contoh lainnya adalah: "Susan called the boy." dan "We adore him." kedua independent clause tersebut digabung menjadi
·         Susan called the boy whom we adore. atau 
·         Susan called the boy we adore.
Kedua kalimat diatas memiliki arti yang sama, yaitu "Susan memanggil anak laki-laki yang sedang kita bicarakan". 
(c) Objek Kata Depan. Yaitu kata penghubung (whom) yang menggantikan objek kata depan pada kalimat kedua yang memiliki kesamaan fungsi dengan kalimat pertama. Kata Penghubung yang digunakan adalah: Whom. Ciri yang menonjol pada fungsi ini adalah kata depan + whom 
·         Alex paid the man. 
·         Alex had borrowed money from him. 
Alex paid the man from whom he had borrowed money
Pada fungsi ini, kita tidak dapat menghilangkan kata penghubung whomdalam klausa. 
(d) Kata Ganti Kepunyaan. Yaitu kata penghubung (whose) yang menggantikan kepunyaan pada kalimat kedua yang memiliki kesamaan fungsi dengan kalimat pertama. Kata Penghubung yang digunakan adalah: Whose. Ciri dari fungsi ini adalahwhose + kata benda
·         This is the girl. 
·         You saw her picture yesterday. 
This is the girl whose picture you saw yesterday. (Inilah perempuan yang lukisannya Anda lihat kemarin) Contoh lainnya: 
·         I like the man whose hair is straight. (Saya suka laki-laki yang rambutnya lurus) 
·         This company will only hire a man whose experiences are as Manager. (Perusahaan ini hanya akan mempekerjakan orang yang pengalamannya sebagai seorang Manager) 
·         Don't believe a man whose track record is bad. (Jangan percaya pada seseorang yang riwayat hidupnya jelek) 

2) Kata Ganti Untuk Benda, Binatang:
 yaitu kata ganti yang berfungsi untuk menggantikan benda atau binatang pada kalimat ke dua yang memiliki makna dengan kalimat sebelumnya. Kata Penghubung yang digunakan adalah: Which, that. Fungsi dari kata ganti ini adalah:

(a) Subjek, yaitu kata penghubung yang digunakan untuk menggantikan subjek kalimat kedua yang memiliki fungsi yang sama dengan kalimat sebelumnya. Kata penghubung yang digunakan adalah which dan that
·         It is a good book. 
·         The book talks about animals. 
It is a good book which talks about animals. atau
It is a good book that talks about animals
Contoh lainnya:
·         She takes the dog which barked at you yesterday to the doctor. 
·         Can I use the computer which saves the personnel data
·         Can you tell me the store which opens 24 hours
(b) Objek Kata Kerja, yaitu kata penghubung yang digunakan untuk menggantikan objek kata kerja dari kalimat kedua yang memiliki fungsi yang sama dengan kalimat sebelumnya. Kata penghubung yang digunakan adalah which dan that. Pada fungsi ini, kata penghubung "which/that" dapat dihilangkan, namun artinya tidak berubah. Penggunaanya yaitu pada passive voice.
·         The chair is being repaired. 
·         He broke it yesterday. 
·         The chair which he broke yesterday is being repaired. atau 
·         The chair that he broke yesterday is being repaired. atau 
·         The chair he broke yesterday is being repaired. (Kursi yang dia rusak kemarin sedang diperbaiki) 
(c) Objek Kata Depan, yaitu kata penghubung yang digunakan untuk menggantikan objek kata depan dari kalimat kedua yang memiliki fungsi yang sama dengan kalimat sebelumnya. Kata penghubung yang digunakan adalah which dan that
·         She was wearing the coat. 
·         She had paid it for $15 
She was wearing the coat for which she had paid $15
II. RELATIVE ADVERB

Sama seperti fungsi Adjective clause yang menggunakan Relative Pronoun sebagai introductory words, pada adjective clause tipe ini menggunakan Relative Adverb sebagai introductory words berupa when, where, dan why. Hal-hal yang perlu ditambahkan di sini, yaitu: Kata Why, When, Where (yang menunjukkan alasan, waktu, dan tempat) yang menjadi Adverb penghubung, mungkin (kadang-kadang) dapat digantikan dengan kata-kata lain seperti THAT, WHICH atau kadang-kadang dapat dihilangkan dalam kalimat. 
·         The reason (that) I came should be obvious to you. 
·         The reason (why) I came should be obvious to you. 
The reason I came should be obvious to you.
When atau Where dapat ditukarkan dengan Preposition yang menunjukkan tempat (a preposition of Place) ditambah dengan Which.
·         The small town in which (= where) I was born has grown to a large metropolis. 
·         The day on which (= when) they were to leave finally arrived. 
Kadang-kadang that dapat menggantikan where atau when.
·         The day that (or when, on which) the trial was to take place was a stormy one. 
·         Please suggest a good place that (or where) we can meet 

ADDITIONAL INFORMATION

Kasus 1: Perubahan dari Adjective Clause menjadi Adjective Phrase. 
Adjective Clause dapat dirubah menjadi Adjective Phrase yang menjelaskan noun tanpa ada perubahan arti kalimat. Hanya Adjective Clause yang mempunyai subjek pronoun: who, which atau that yang dapat dirubah menjadi Adjective Phrase.Sedangkan Adjective Clause dengan subjek: whom tidak dapat dirubah menjadi Adjective Phrase. Perhatikan Contoh berikut 
Adjective Clause: 
·         The girl who is sitting next to me is Lisa. 
·         The boy who is playing the piano is Bent 
Adjective Phrase: 
·         The girl sitting next to me is Lisa. 
·         The boy playing the piano is Bent. 
Cara mengubah Adjective Clause menjadi Adjective Phrase.
Subjek pronoun dan verb be dihilangkan.
·         Adjective Clause: The man who is talking to Taylor is from Japan. 
·         Adjective Phrase: The man talking to Taylor is from Japan. 
·         Adjective Clause: The ideas which are presented in that book are interesting. 
·         Adjective Phrase: The ideas presented in that book are interesting.  
·         Adjective Clause: Ali is the man who is responsible for preparing the budget. 
·         Adjective Phrase: Ali is the man responsible for preparing the budget.
·         Adjective Clause: The books that are on the shelf are mine. 
·         Adjective Phrase: The books on the shelf are mine. 
Jika tidak ada verb be dalam Adjective Clause, seringkali subjek pronoun dapat dihilangkan dan mengubah kata kerja dalam Clause itu menjadi bentuk -ing.
·         Adjective Clause: English has an alphabet that consists of 26 letters
·         Adjective Phrase: English has an alphabet consisting of 26 letters.
·         Adjective Clause: Anyone who wants to come with us is welcome. 
·         Adjective Phrase: Anyone wanting to come with us is welcome. 

Kasus 2: Seringkali Adjective Clause digunakan dalam pola: noun + of which. Pola ini terutama digunakan untuk tulisan bahasa Inggris resmi (formal written English). Dalam pola ini biasanya Adjective Clause menerangkan sesuatu. 
·         We have an antique table. The top of it has jade inlay. ==> We have an antique table, the top of which has jade inlay
·         We toured a 300-year-old house. The exterior of the house consisted of logs cemented with clay. ==> We toured a 300-year-old house, the exterior of which consisted of logs cemented with lay. 
Kasus 3: Adjective Clause sering digunakan untuk mengungkapkan kuantitas denganof. Ungkapan kuantitas mendahului pronoun, dan hanya whom, which, dan whoseyang digunakan dalam pola ini.Ungkapan kuantitas dengan of antara lain: some of, none of, both of, one of, many of, two of, all of, each of, most of, dll. 

  • There are 20 students in my class. Most of them are from the Outside Java. ==> There are 20 students in my class, most of whom are from the Outside Java
  • He gave several reasons. Only a few of them were valid. ==> He gave several reasons, only a few of which were valid. 
Kasus 4: Tanda Baca pada Adjective Clauses membedakan makna
Pedoman umum dalam Tanda Baca pada Adjective Clauses yaitu: 
Jangan menggunakan tanda koma bila Adjective Clause diperlukan untuk mengidentifikasi noun yang dijelaskan olehnya. Gunakanlah tanda koma bila Adjective Clause hanya berfungsi untuk memberi informasi tambahan dan tidak dimaksudkan untuk mengidentifikasi noun yang dijelaskan olehnya. 
·         Henry whose wife works at a bank came to my house yesterday. 
·         Alexwhose wife works at a bank, came to my house yesterday. 
Keterangan: Contoh pertama menggambarkan bahwa Henry memiliki lebih dari 1 istri. Pada kalimat tersebut pembicara ingin mengindentifikasikan istrinya yang bekerja di Bank, bukan yang lainnya. Sedangkan pada kalimat kedua, kita sudah jelas, kalau Alex memiliki hanya 1 orang istri. Frase yang berada di antara koma hanya memberikan keterangan tambahan saja. Tanpa frase tersebut pun orang lain sudah mengetahuinya kalau istrinya Alex memang bekerja di sebuah Bank karena memang istrinya cuma 1 itu. Perhatikan contoh berikut ini untuk lebih jelasnya dalam penggunaan tanda koma dalam Adjective Clause. 
·         Soekarno, who is the first President of Republic of Indonesia, could deliver speech well. 
Kasus 5: Perbedaan antara Adjective Clause dan Noun Clause
Karena adanya kesamaan dalam beberapa kata pendahulunya, maka kadang-kadang antara Noun Clause dan Adjective Clause sering membingungkan. Ada 2 macam perbedaan yang penting antara dua jenis Clause tersebut: perhatikan contoh berikut ini: 
·         I know the house where he lives. (where he lives mempunyai antecedent the house, yang merupakan objek dari kata know)
·         I know where he lives. (where he lives adalah objek dari kata know)
Contoh pertama adalah Adjective Clause dimana clause tersebut didahului oleh noun atau pronoun yang diterangkan sedangkan. Berbeda dengan Noun Clause yang tidak didahului oleh noun seperti pada contoh kedua.
·         The woman to whom he has been giving money is a poor relative of his. (Wanita yang telah dia berikan uang adalah kerabatnya yang miskin.)
·         He gives money to whoever needs it. (Dia memberikan uang kepada siapapun yang membutuhkan)
Contoh pertama ialah Adjective Clause yang berfungsi sebagai object kata depan dimana Preposisi to yang mendahului introductory wordwhom berfungsi menjelaskan noun The woman. Jadi Adjective Clause dimulai dari to whom... dst. Selain itu, to pada Adjective Clause juga dapat diletakkan di bagian belakang Adjective Clause. The woman,whom he has been giving money to, is a poor relative of his.
Contoh kedua ialah Noun Clause yang ditandai dengan introductory words whoever, seluruh Noun Clause itu adalah objek dari to, yang tidak dapat dipindah letaknya. Dan juga -ever- merupakan bentuk yang hanya bergandeng (mengikuti) dengan Noun Clause.


Referensi: