Senin, 18 September 2017

Sebuah Karya... Ceritanya.

“Dek, ini nasi bungkus yang kamu minta, sudah lapar kan?”
Adiknya mengangguk sambil memegang bungkusan nasi yang sedari tadi ia tunggu untuk memenuhi rasa laparnya.
“Kakak mau? Ayo kita makan berdua nasinya. Ini terlalu banyak untuk mengisi perutku.”
Sambil menunjuk perutnya memberitahu Kakaknya.
“Kakak sudah makan Dek sebelum beli nasi ini.”
Tersenyum kepada Adiknya sambil menunjuk nasi bungkus yang mulai dinikmati Adiknya itu.

***


Intan Hayati. Nama seorang anak perempuan yang masih berumur 13 tahun, tinggal di perkampungan bersama 2 adiknya. Orang tuanya, entah, Intan pun tak tahu dimana mereka. Tetangga, bahkan orang di daerah ia tinggal tak ada yang mengetahui keberadaannya. Hanya terdengar kabar, mereka bertiga sengaja ditinggal agar tidak menjadi sasaran para deb kolektor. Sayang, waktu itu Intan belum cukup besar untuk tak menolak saat diajak bermain di taman bersama kedua adiknya. Sejak saat itu, Intan berusaha terus mencari orang tuanya sambil mengurus adik-adiknya. Dengan berjualan kue-kue kering, yang ia bawa dari para ibu-ibu pengrajin kue. untuk membantu menghidupi keluarga kecil Intan dengan dua adiknya. Intan rela berkelilig dari pagi hingga sore hari hanya untuk menjajakan kuenya.

***

“Kue-kueee.. kuenya Kak, ada rasa coklat, keju, durian juga ada loh Kak. Murah Kak, Cuma lima ribu aja buat Kakak yang cantik.” Sambil tersenyum Intan menawarkan dagangannya ke setiap orang yang ia hampiri.
“Kak Intan, Bapak yang disana mau beli. Biar aku yang antar ya.”
“Iya, hati-hati Dek.”
Buru-buru sang Adik menghampiri si Bapak.
“Bapak mau beli kue rasa apa? Ini ada banyak rasa, kalau Bapak mau bisa dicoba dulu sebelum beli.”
“Kalau Bapak makan, terus Bapak nggak jadi beli gimana?”
“Kata Kakak saya nggak apa-apa Pak, itu berarti belum rejeki. Nanti ada rejeki yang lain buat saya.”
Sang Bapak bergumam…
“Emm… Kalo boleh Bapak tahu, kamu tinggal dimana Nak?”
“Saya tinggal di Desa Sekar Asih, Pak. Jadi, Bapak mau beli kue ini atau nggak?”
“Oh iya. Sini Bapak ambil semua kuenya, jadi berapa?
“Wah. Alhamdulillah.. Semuanya jadi lima belas ribu Pak.”
Si Bapak menangangguk sambil memberikan uang.

***

Intan sudah terbiasa mengurus semua kebutuhan keluarganya, Adik-adiknya pun tak pernah merepotkannya, mereka saling membantu. Tak hanya membantu dalam keluarga, dengan tetangga dan orang-orang sekitar pun mereka terbilang anak-anak yang ringan tangan. Para warga menyukai mereka semua.

“Dek, kesini sebentar. Kakak mau bicara.”
Adiknya yang sedang asik bermain diluar tergopoh-gopoh menghampiri Kakaknya.
“Iya Kak, mau ngomong apa?”
“Kamu suka yang mana Dek? Kanan atau kiri?”
Adiknya memasang raut bingung pada Kakaknya.
“Kamu kan sebentar lagi masuk sekolah, ini Kakak ada sedikit tabungan, jadi Kakak Tanya kamu mau yang mana, biar nanti Kakak belikan.”
Adiknya tahu betul Kakaknya sudah bekerja keras, ia tidak ingin menyusahkannya lagi.
“Tidak Kak, aku masih punya tas lama. Itu masih bisa dipakai, Kakak simpan saja uangnya untuk kebutuhan Kakak sendiri. Aku mau main lagi ya Kak.”
Adiknya berlari memunggunginya sambil melambaikan tangan.
Intan mengurungkan niatnya. Mungkin Adiknya benar, suatu saat nanti akan dibutuhkan. Gumam Intan dalam hati

Loading...